Beberapa bulan yang lalu saya sempat mendapat klien dari Australia yang minta didesainkan postcard yang bertema Lombok dan Bali. Di postcard bertema Lombok, si dia request untuk memasukkan ilustrasi bangunan lumbung padi suku Sasak yang memiliki bentuk atap yang khas itu.

Nah, ketika saya bersama istri honeymoon di Lombok bulan Agustus 2017 lalu, kami pun memasukkan desa Sasak Sade ke dalam bucket list kunjungan kami, karena desa adat yang lebih terkenal di Lombok adalah desa Sade dibandingkan desa Ende, yang letak keduanya berdekatan di Lombok Tengah.

Start dari Mataram, kami berkendara sekitar 45 menit. Point pertama yang kami jadikan patokan adalah pool Damri Mataram, kemudian lanjut perjalanan ke arah selatan mengikuti petunjuk arah menuju bandara (BIL). Setelah itu ikuti petunjuk jalan ke arah pantai Kuta sekitar 10 menit, maka di kanan jalan persis kita akan melihat papan lokasi Desa Adat Ende.

Sesaat kami sampai di sana, ketika baru memarkirkan motor, kami sudah disambut oleh salah satu warga yang akan menjadi tour guide kami, Mas Anto namanya. Setelah sedikit berkenalan, kami diajak memasuki desa yang dihuni oleh 31 keluarga ini. Beberapa keluarga ada yang pindah dari desa ini untuk menghuni tempat tinggal yang modern, dengan jarak yang sangat dekat dari desa ini.

Rumah adat tradisional Sasak
Rumah-rumah tradisional Sasak desa Ende Lombok

Berbicara tentang Suku Sasak, guide kami menjelaskan bahwa suku ini masih ada hubungan dengan suku Jawa. Dari situ kami baru tahu mengapa ada bahasa daerah yang sama dengan bahasa Jawa. Cara memasuki rumah tradisionalnya pun sama dengan rumah tradisional Jawa, yaitu pintu depan yang dibuat rendah membuat kita membungkuk ketika memasukinya, dengan tujuan untuk menghormati tuan rumah.

Desa adat Sasak Ende Lombok Tengah
Suasana desa Ende, Lombok Tengah

Kami dibawa ke salah satu rumah. Di depannya ada seorang nenek yang sedang menenun. Ternyata beliau adalah ibu dari guide kami. Usianya 75 tahun. Masih terlihat bugar dan lincah saat menenun. Liat aja nih fotonya. Gokil! Hahaa

Nenek penenun di desa Sasak Ende Lombok
Narsis dulu sama mamak warga asli desa Ende, Lombok

 

A post shared by Nasir Udin (@nasircs) on

Di rumah tradisional yang disebut Bale Tani ini, masyarakat di sini menggunakan kotoran sapi untuk melapisi lantai yang masih berupa tanah. Tujuannya adalah sebagai pengganti semen untuk mencegah tanah retak-retak, serta untuk mengusir nyamuk dan anti debu. Biasanya mereka mengolesi tanah setiap sebulan sekali. Kotoran diambil langsung dari ‘pabrik semen’ alias kandang sapi. Profesi masyarakat di sini adalah petani dan ternak sapi atau kerbau.

Khusus untuk wanita harus bisa menenun, karena itu merupakan syarat mutlak ketika wanita Sasak akan menikah. Dan untuk lelaki, sebelum menikah harus sudah membangun rumah untuk tempat tinggal keluarga baru nantinya, serta tempat untuk ‘menculik’ gadis calon istrinya. Itulah sebabnya ruang utama rumah adat Sasak tidak memiliki jendela, agar bisa menyembunyikan gadis! Hahahaa

Tradisi pernikahan suku Sasak biasa mereka sebut kawin culik atau kawin lari. Yaitu si pria menyembunyikan calon istrinya di dalam rumah si pria di malam hari, tanpa sepengetahuan keluarga wanita. Cuma disembunyikan doang sih, nggak diapa-apain… karena si pria tidurnya di teras.

Baru keesokan hari atau lusa, dari pihak si pria mengirim utusan untuk memberitahu orang tua si gadis bahwa putrinya berada di rumah si pria. Setelah itu barulah diadakan kesepakatan tentang pernikahan mereka. Untuk pernikahan dengan orang yang berasal dari luar Sasak, maka akan dikenakan semacam tebusan.

Di pemukiman desa Ende ini terdapat satu wanita yang berasal dari Sunda.

Kata Mas Anto, di seluruh Lombok ada tradisi seperti arak-arakan saat pesta pernikahan. Kalau kami beruntung kami bisa menemukan hal tersebut di jalan-jalan raya. Dan ternyata kami memang beruntung, karena kami menemukannya jauh hari setelah kedatangan kami di desa Ende. Mungkin akan ada di postingan-postingan saya selanjutnya.

Pada jaman dulu Suku Sasak memiliki ritual khusus yang digunakan untuk meminta hujan, yang disebut Paresean. Yaitu pertempuran dua pria menggunakan rotan sebagai senjata pemukul dan kulit sapi sebagai perisainya. Mereka bertempur tentunya sampai salah satu dari mereka K.O. Uniknya, di sela-sela waktu istirahat mereka malah menari-nari. Dan setelah pertempuran pun bukannya muncul rasa permusuhan, melainkan mereka malah lebih bersahabat.

Senjata paresean desa adat sasak lombok
Senjata Presean desa adat Sasak Lombok

Seperti rumah-rumah di Lombok pada umumnya, di desa Ende ini juga terdapat berugak untuk duduk-duduk santai. Bahkan kami sempat ngopi bareng loh… tenang sekali suasana di desa ini meskipun dekat dengan jalan raya. Pokoknya selow banget jika dibandingkan ketika berkunjung ke desa Sade yang lebih ke arah wisata belanja kesenian.

Lumbung padi desa Sasak
Lumbung padi khas suku Sasak, Lombok

Perjalanan kami berlanjut ke lumbung padi. Arsitektur dari bangunan ini mengutamakan keselamatan padi dari serangan tikus. Tempat penyimpanan padi berada di atas, dengan hanya memiliki satu jendela untuk akses keluar masuk. Dibutuhkan tangga untuk memasukkan padi, kecuali untuk mereka yang sudah jago, tinggal dilemparin aja juga bisa. Hahaa

Di bagian bawah, empat tiang penyangga yang disematkan tempat untuk lesehan, selain untuk bersantai, desain tersebut juga berfungsi agar tikus tidak bisa naik ke tempat penyimpanan padi.

Ketika kami berjalan ke arah lumbung padi ini kami melihat gadis kecil berseragam SD. Mas Anto pun memberitahu bahwa letak sekolahan tidak jauh dari desa ini. Dan si gadis kecil ini adalah salah satu yang sudah pinter menenun. Setelah dari lumbung padi, kami berlanjut ke area terakhir yaitu tempat penjualan kain dan souvenir.

Toko penjualan kain desa Sasak Ende, Lombok
Aneka kain tenun hasil desa Ende, Lombok

Setelah berkeliling dan diajak ngopi di desa Ende, kami pun berpamitan dan melanjutkan perjalanan menuju Desa Sade. Oh ya, jangan lupa ngasih tip untuk si guide kalau kamu datang ke sini, ya.

Lokasi Desa Sasak Ende Lombok

Hai, saya Nasir, seorang freelance designer yang suka jalan-jalan. Dengan bekerja secara independen di beberapa design marketplace, membuat saya bisa membawa pekerjaan kemanapun saya pergi.

Write A Comment

Scroll top