Pantai Pink, atau yang nama sebenarnya adalah pantai Tangsi ini terletak di desa Sekaroh, kecamatan Jerowaru, Lombok Timur. Berjarak sekitar 90 km dari kota Mataram. Jauh! Dan menurut artikel yang sudah saya baca, akses jalan menuju ke sana masih harus menempuh jalanan berbatu ketika sudah memasuki Jerowaru.
Seperti biasa, saya dan istri berangkat dari kosan kami di Rembige, Mataram. Berangkat sekitar jam 9 pagi, mampir sarapan nasi uduk dulu di awal perjalanan. Kemudian kami lanjutkan perjalanan, jalur yang kami tempuh adalah Mataram – Praya – Keruak. Kondisi jalan sangat mulus, relatif sepi, dan banyak trek lurusnya. Sampai di pertigaan yang menunjukkan arah menuju Jerowaru, kami belok kanan menuju ke selatan. Dari sini, kami menjumpai beberapa titik sedang diadakan perbaikan jalan.
Dan sampailah kami memasuki desa Sekaroh. Jalanan awal masih terbilang bagus dan beraspal. Hingga tak lama jalanan aspal habis dan jalanan masih berupa beton blok. Dan kondisi jalan setelah itu adalah jalan bebatuan kerikil dan pasir sepanjang sekitar 5 km. Di kanan kiri jalan berupa bukit-bukit dengan padang sabana dan pohon-pohon tak berdaun.
Sampailah kami pada papan penunjuk, arah ke kiri adalah Pink Beach, dan arah lurus adalah Tanjung Ringgit. Kami berbelok ke kiri menuruni jalanan paving blok. Dan sampailah kami di Pantai Pink. Cukup membayar parkir motor 5 ribu, mari kita nikmati keunikan pantai Pink!
Pantai Pink atau Pantai Tangsi
Pasir di pantai ini sebenarnya berwarna putih. Warna pink disebabkan karena serpihan-serpihan karang yang berwarna merah. Ketika tidak terkena air, warna pasir terlihat cenderung ke warna coklat kemerahan. Ketika tersapu ombak, ditambah efek bias sinar matahari, maka pasir akan terlihat berwarna pink.
Kalau kalian melihat di foto-foto di internet yang pasirnya terlihat sangat pink, yakinlah bahwa itu editan. Hahahaha.
Kondisi laut di sini berombak kecil. Dan sepertinya cocok untuk camping. Di perjalanan menuju ke sini, kami berpapasan dengan beberapa pengunjung yang pulang membawa ransel besar beserta gulungan matras.
Pantai Pink ini diapit oleh bukit padang rumput di sisi kanan dan kirinya, mirip dengan pantai Kuta dan Tanjung Aan. Kami berjalan ke arah barat menuju bukit di sisi kiri. Di bawah bukit tersebut berjajar warung-warung makan yang sebagian besar masih tutup (mungkin buka jualan kalau pas weekend aja?)
Jalan untuk naik ke bukit berada di sela-sela warung tersebut. Cukup beberapa menit mendaki kami pun sampai ke puncak bukit, tidak setinggi dan seluas bukit Merese di Tanjung Aan. Dari atas bukit kita bisa melihat pantai yang di balik bukit ini yang berwarna pink juga. Tampak juga pulau-pulau kecil di tengah laut. Ada Gili Petelu dan gili-gili lainnya. Kalau mau jalan-jalan ke sana kita bisa sewa kapal-kapal nelayan yang ada di pantai.
Cukup lama kami nongkrong santai di atas bukit ini. Panas banget tapi anginnya semilir. Hampir tidak ada tempat untuk berteduh. Enaknya kalau minum kelapa muda di warung yang tadi dilewati sebelum naik.
Dari Pantai Pink ke Tanjung Ringgit
Setelah puas foto-foto di atas bukit pantai Pink kita balik turun dan melanjutkan perjalanan kami ke Tanjung Ringgit. Dari pantai Tangsi hanya memerlukan waktu sekitar 5-10 menit saja untuk sampai di Tanjung Ringgit.
Saat itu Tanjung Ringgit sedang sepi pengunjung. Hanya kami saja yang ada di sana. Tanpa ada pengelola, tanpa ada tiket masuk, dan tanpa ada parkiran. Entahlah, kami mengendarai motor masuk melalui samping gedung kantor apa itu saya tidak tahu. Blusukan di bebatuan dengan jalan menurun terasa sangat menyiksa dengan motor matic. Kami hampir jatuh! Di sini tidak tampak seperti tempat wisata, tapi tempat blusukan. Mbolang! Hahaha.
Sepanjang perjalanan dikelilingi hutan pohon-pohon perdu yang mengering dan beberapa ekor monyet. Sekitar 500 meter perjalanan, kami berhenti di meriam Jepang. Letaknya di sebelah kiri jalan, agak tertutup rerimbunan pohon. Berdasarkan tulisan penunjuk arah di dekat pintu masuk tadi, di sini juga terdapat goa. Namun saya tidak menemukannya, hanya ketemu meriam Jepang saja.
Tak lama kami pun melanjutkan perjalanan lagi menuruni jalan bebatuan. Sampai pada medan jalan yang menurun curam, motor pun saya parkirkan. Kemudian berjalan kaki menuruni bukit sabana. Dan sampailah di bibir tebing tanjung Ringgit. Mirip-mirip sama pantai di Bali daerah selatan seperti Uluwatu gitu lah. Hanya saja di sini medannya agak ekstrim. Ibaratnya bersusah-susah dahulu, bersusah-susah kemudian! Hahaha.
Kesimpulannya adalah pantai Pink sangat layak untuk dikunjungi. Apalagi kalau akses menuju ke sana sudah diperbaiki. Kalau akses ke sana masih jalan bebatuan dan pasir seperti itu, sepertinya saya malas untuk ke sana lagi. Hahaha. Sedangkan Tanjung Ringgit sangat cocok untuk agenda berpetualangmu!
Lokasi Pantai Pink dan Tanjung Ringgit