Di cerita sebelumnya, saya telah memutuskan untuk berangkat ke Bromo dengan cara ikut open trip. Setelah jalan-jalan di Malang dan Batu selama tiga hari, saya mulai mencari opsi untuk berangkat ke Bromo. Cerita jalan-jalan saya di Malang bisa kalian baca di sini.
Proses pemesanan open trip Bromo via Traveloka kemarin berlangsung sangat cepat. Dengan harganya yang jauh lebih murah dari agen lain, saya tidak perlu berlama-lama untuk menekan tombol order. Dengan melihat review dan juga pengalaman saya menggunakan aplikasi ini, saya tidak perlu ragu lagi. Untuk trip ke Bromo ini, saya mendapatkan harga 250 ribuan per orang. Murah banget, bro!
Setelah booking open trip Bromo via Traveloka tersebut, siang hari sebelum berangkat kami mulai packing barang yang akan kami bawa ke Bromo. Jaket, jajanan, dan sleeping bag! Pada saat itu juga, driver yang akan menjemput saya sudah melakukan konfirmasi keberangkatan.
Jadi, setelah proses booking dibayar, satu hari kemudian si driver menghubungi saya via Whatsapp. Beliau memastikan jam dan lokasi penjemputan malam nanti.
Tengah malam, tepatnya pukul setengah dua belas, kami sudah dijemput oleh.. (duh saya lupa nama drivernya) dari Fun Adventure. Tak lama kami pun langsung meninggalkan hotel. Sebelum berangkat ke Bromo, mobil land cruiser kami masih harus menjemput tiga tamu lagi.
Perjalanan ke Bromo menempuh waktu sekitar 3 jam dari Malang. Ditambah ngetem di suatu tempat yang sepertinya terminal untuk angkutan yang akan nanjak ke Bromo. Di sini si mas driver melakukan registrasi alias laporan data penumpang dan sekaligus mengambil snack untuk dibagikan ke kami semua.
Perjalanan offroad terasa seru di malam hari, tampak di depan beriring-iringan mobil jeep, dan terkadang juga terlihat beberapa motor. Jadi bagi kalian yang ingin ke Bromo naik motor, kalian banyak temannya. Haha. Tapi sangat tidak recommended untuk yang naik motor matic ya!
Ngomong-ngomong soal offroad, saya jadi teringat ketika dulu saya ikutan offroad di Gunung Gede, yang emang beneran offroad! Badan kebanting kanan kiri. Sakit semua! Haha
Penanjakan 1 Bromo
Perjalanan seru menuju Bromo itu berlangsung sekitar satu jam lebih. Hingga akhirnya masuk ke jalan yang sangat menanjak. Itulah jalan menuju ke Penanjakan 1. Banyak motor-motor matic yang K.O. di sini. Boncengers terpaksa turun, bro!
Sampailah di Penanjakan pukul 3 pagi. Kami mampir ngopi-ngopi dulu di warung. Sekitar pukul setengah empat barulah kami menuju ke view point Penanjakan yang bersebelahan dengan mushola. Ternyata di sana sudah penuh pengunjung.
Ada juga beberapa kelompok yang buka tenda. Saya memilih untuk duduk di tangga paling atas dan berselimut sleeping bag. Banyak pedagang yang menyewakan selimut 10 ribuan, tapi tetap lebih hangat sleeping bag lah.. Haha
Suhu yang saya rasakan saat itu berkisar 10-15 derajat. Dan saya lupa bawa sarung tangan!
Sambil menunggu matahari terbit, enaknya ngemil-ngemil sambil bercerita. Dan tak lama sunrise yang dinantikan banyak orang itu muncul juga.
Sekitar pukul enam pagi kami mulai turun. Setelah sarapan di warung, perjalanan dilanjutkan menuju Kawah Bromo yang sempat mampir sebentar di Bukit Cinta.
Sepanjang perjalanan turun dari Penanjakan, pemandangannya sangat majestic! Jalanan berkelok dan di sebelah kiri kita bisa melihat bukit-bukit dan gunung menemnai perjalanan. Dan seperti yang kalian lihat, banyak juga yang naik sepeda motor!
Hiking ke Kawah Bromo
Spot berikutnya kita berhenti di lautan pasir dekat dengan Gunung Batok. Tak lama kemudian kami lanjut ke Kawah Bromo.
Trekking ke puncak kawah ini butuh energi ekstra. Dibutuhkan waktu sekitar setengah sampai dengan satu jam, tergantung kondisi fisik dan antrian tangga.
Kalau kamu naik kuda pun, tetap akan berhenti di bawah tangga. Naiknya tangga itu yang ngos-ngosan. Haha
Tak mau antri lama di tangga, saya pun memilih jalan di sampingnya. Trekking di sini harus ekstra hati-hati. Dan langkah pun harus dijaga untuk tidak liar, karena bisa menghasilkan debu-debu pasir beterbangan.
Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies
Turun dari kawah, perjalanan lanjut ke spot berikutnya, Pasir Berbisik. Saat di perjalanan menuju Pasir Berbisik, terlihat ada banyak orang yang sedang melaksanakan upacara bendera. Trip saya ke Bromo saat ini memang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda.
Sampailah kami di Pasir Berbisik. Sesuai namanya, pasir di sini ‘berbisik’ karena saling bergesekan ketika tersapu angin. Sepanjang mata memandang, kita disuguhkan pemandangan pasir hitam luas dengan bukit-bukit sebagai background.
Tak lama kami di sini, perjalanan berlanjut untuk menuju ke Bukit Teletubbies. Beberapa gunung di Indonesia memiliki bukit Teletubbies-nya masing-masing, misalnya saja di gunung Prau dan Merbabu.
Yang di Bromo ini tentunya berbeda dengan gunung-gunung tersebut. Ketika di gunung Merbabu atau Prau, dari atas bukit Teletubbies kita bisa melihat daratan nan jauh dan tertutup awan. Sedangkan di Bromo, bukit Teletubbies-nya tidak berada di dekat puncak gunung, namun berlatar belakang bukit terjal.
Padang Sabana Bromo
Setelah puas di Bukit Teletubbies, kami menuju ke spot terakhir. Padang Sabana Bromo. Tempat berupa padang rumput hijau yang sangat luas dengan latar bukit-bukit terjal yang tinggi. Saking luasnya, barisan mobil-mobil land cruiser terlihat sangat kecil berjalan di jalan yang sangat panjang. Sebuah pemandangan yang menarik!
Agak lama kami duduk santai di sini, sebelum akhirnya kembali ke mobil dan lanjut perjalanan pulang. Dan kami tiba kembali di hotel pada pukul satu siang.
Jadi, kalian mau ke Bromo? Mau coba ikut open trip seharga 250 ribu? Atau mau naik motor? Untuk kalian yang udah punya pengalaman ke Bromo, boleh dong di-share di kolom komentar.
Have a nice trip!