Tujuan trip kami kali ini adalah Sembalun. Beberapa spot yang akan kami kunjungi adalah Pusuk Sembalun, Desa Adat Beleq, Bukit Selong sekaligus menikmati panorama keseluruhan alam Sembalun, dan pulang mampir ke air terjun Mangku Sakti.

Seperti biasa, kami berangkat dari basecamp kami di Rembige, Mataram. Saat itu jam menunjukkan pukul 10 pagi. Rute yang kami lalui adalah lewat Narmada, jalur di sisi selatan gunung Rinjani. Cara untuk menuju Sembalun dari Mataram haruslah mengelilingi gunung Rinjani. Bisa lewat sisi selatannya, maupun sisi utara. Jalur untuk menuju Sembalun tidaklah sulit. Dari Mataram kami berkendara ke arah timur mengikuti penunjuk jalan ke arah pelabuhan Kayangan. Cukup mengikuti jalan raya utama sampai perempatan yang jika ke kanan adalah pelabuhan Kayangan dan kita mengambil jalan lurus mengikuti petunjuk arah Sembalun Geopark.

Saya kira dari perempatan itu jaraknya cukup dekat. Ternyata masih jauh banget! Melewati pemukiman hingga hutan. Meskipun kondisi aspal sangat mulus (terimakasih kepada pemerintah setempat yang telah memperbaiki jalan menuju Sembalun 😀 ), namun tanjakan di sini sangat curam dan berkelok. Pastiin kendaraanmu dalam kondisi sehat dan kuat nanjak. Jangan lupa cek tekanan angin ban! Di sepanjang jalan yang kanan-kirinya hutan dan banyak monyet ini tidak ada bengkel isi angin dan tambal ban sampai di Pusuk Sembalun.

Pusuk Sembalun

Setelah melalui tanjakan berkelok sekitar setengah jam, sampailah kami di Pusuk Sembalun. Sepanjang perjalanan nanjak tadi sepi, jadi saya kira di sini juga bakal sepi. Ternyata tidak. Kumpulan anak-anak muda yang sepertinya komunitas salah satu merk motor matic langka, sedang berkumpul di area ini, namun sekedar di bagian luarnya saja di deretan warung-warung makan yang saat itu tutup.

Pusuk Sembalun
View dari Pusuk Sembalun

Saya dan istri masuk ke area dalam. Tempatnya asik! Kami duduk-duduk di berugak sambil menikmati pemandangan bukit-bukit Sembalun yang berjajar dan di belakangnya berdiri gagah gunung Rinjani. Banyak monyet berkeliaran di sini. Beberapa dari mereka nungguin orang yang lagi makan.

Sepertinya di sinilah puncak dari jalan tanjakan tadi. Jalanan aspal di depan saya lihat menurun mengarah ke lembah Sembalun. Di ketinggian kurang lebih 1.250 mdpl ini udara terasa sangat sejuk meskipun cuaca agak panas. Sekitar setengah jam kami istirahat di sini, kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Sembalun. Jalanan menurun dan masih tetap berkelok-kelok. Terkadang juga nanjak lagi. Hingga akhirnya mendapati jalanan datar ketika memasuki desa Sembalun Lawang.

Bukit Selong

Jalan Desa Sembalun Lombok
Jalan Desa Sembalun

Jalanan aspal mulus membelah sawah yang luas dengan latar deretan bukit-bukit Sembalun. Banyak sekali bukit-bukit di sini dan masing-masing mempunyai namanya sendiri. Ada bukit Selong, bukit Pergasingan, bukit Anak Dara, dan entah bukit apa lagi namanya. Agak jauh di sisi kiri saya melihat bukit yang paling besar. Eh itu bukan bukit… itu gunung Rinjani!

Hawa sejuk menemani perjalanan kami menyusuri jalanan desa Sembalun. Agak sulit untuk menemukan jalan menuju bukit Selong. Sempat berhenti untuk cek Google Maps, ternyata kami keblablasan sedikit. Papan penunjuk jalannya kecil amat, dan sekedar nempel di tembok. Kami menyusuri jalanan kecil di perkampungan. Tepat setelah melewati jembatan, sampailah kami di area parkir bukit Selong. Cukup dengan membayar 10 ribu, kami sudah mendapatkan tiket masuk untuk berdua termasuk biaya parkir.

Rumah Adat Desa Beleq Sembalun
Rumah adat desa Beleq dari atas bukit Selong

Sebelum menaiki tangga untuk menuju bukit terdapat pintu masuk desa Beleq/Belek. Kami menaiki tangga menuju bukit Selong, tak lama berjalan kami bertemu pertigaan. Arah kiri menuju ke bukit pertama yang berada tepat di atas desa Beleq. Dari sini pemandangan petak-petak sawah terlihat begitu mempesona. Kombinasi kotak-kotak warna kuning dan hijau terhampar begitu luas dikelilingi benteng bukit-bukit Sembalun.

Bukit Selong Sembalun Lombok
View dari bukit Selong Sembalun, Lombok

Tak lama di bukit pertama, saya melanjutkan mendaki ke bukit kedua yang lokasinya lebih tinggi. Tanjakan yang ada cukup terjal namun tergolong ringan. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke bukit ini. Panorama di sini tentunya lebih luas dari bukit yang pertama tadi.

View dari Bukit Selong Sembalun Lombok
View perkampungan Sembalun dengan latar gunung Rinjani

Selain petak-petak sawah, dari sini juga bisa melihat komplek perkampungan desa Sembalun dengan bakcground gunung Rinjani. Puas di sini saya pun turun untuk menuju desa Beleq, menghampiri si istri yang tadi tidak ikut naik ke bukit kedua. Di sana ternyata dia sedang ngobrol sama mas penjaga yang saya lupa namanya. Di berugak yang berada di desa Beleq ini, si mas penjaga asik ngobrol membahas tentang desa ini.

Desa Beleq

Desa Adat Beleq Sembalun Lombok
Desa Adat Beleq Sembalun, Lombok

Rumah-rumah yang ada di desa ini sengaja tidak ditempati oleh pemiliknya namun tetap dijaga keberadaanya dan perawatannya. Saya sempat masuk ke salah satu rumah dan memang di dalamnya kosongan. Di desa adat ini terdapat 7 rumah yang semuanya sudah tidak dihuni (berbeda dengan desa Sade dan desa Ende, yang masih dihuni dan ramai aktivitas). Semua rumah di desa adat ini merupakan penduduk pertama di Desa Sembalun. Si mas penjaga ini adalah keturunan ke-18 salah satu penduduk asli desa ini.

Desa Adat Beleq Sembalun
Rumah adat desa Beleq Sembalun

Si mas penjaga juga bercerita tentang putri Mandalika yang menceburkan diri ke laut Mandalika (Kuta) karena dijadikan rebutan pangeran dari dua kerajaan. Si mas penjaga juga ngobrolin kedatangan Andre Taulani, Nikita Willy, dan artis-artis lain di desa Beleq ini beberapa bulan lalu. Sampai ngomongin politik dan kedatangan pak Jokowi beberapa hari lagi.

Jalan Desa Sembalun Lombok

Kelamaan ngobrol tahu-tahu sudah jam 3 sore. Kami pun berpamitan. Jalur yang akan kami lewati untuk pulang adalah jalur utara, tapi tidak jadi mampir ke air terjun Mangku Sakti karena takut kemalamam sampai Mataram. Jalanan yang kami lalui sama berkelok dan naik turun seperti dengan jalur sebelumnya, hanya saja di jalur ini tidak serimbun tadi. Perjalanan menuju Mataram membutuhkan waktu sekitar 3 jam.

Menjelang sunset, kami telah sampai di bukit Malimbu. Pas banget! Kami berhenti sebentar untuk sekedar memotret matahari tenggelam. Setelah itu lanjut pulang tanpa menungggu matahari benar-benar tenggelam. Sampai di kawasan Senggigi kami nongkrong agak lama di minimarket setelah belanja.

Sunset Bukit Nipah Lombok

Dan akhirnya kami sampai ke basecamp di Mataram jam 7 malam setelah menempuh jarak perjalanan hampir 200 km seharian.

Lokasi Bukit Selong, Sembalun

Hai, saya Nasir, seorang freelance designer yang suka jalan-jalan. Dengan bekerja secara independen di beberapa design marketplace, membuat saya bisa membawa pekerjaan kemanapun saya pergi.

4 Comments

  1. misi mas mohon info, jalan nanjak ke sembalun itu ekstrem banget ya? soalnya saya sama temen badannya mayan gede mau naik matic kesana… mohon info mas

    • Nasir Udin Reply

      Iya ekstrem banget mas..
      Waktu itu saya pake supra 125cc boncengan, di beberapa tanjakan pas tikungan agak kewalahan, tapi tetep kuat.
      Kalo matic yg minimal 125 cc sekelas vario saya rasa masih kuat kok

  2. Mas Nasir mohon info, kalau kita menuju pusuk sembalun dari arah aikmel (mataram) kan tanjakannya curam. Kalau dibandingkan dengan arah sebaliknya, menuju pusuk sembalun dari arah desa sembalunnya lebih curam mana tanjakannya? Trims

    • Nasir Udin Reply

      Sama2 curamnya mas.. Bedanya kalo dari aikmel tanjakannya lebih panjang drpd yg dari arah Sembalun

Reply To Nasir Udin Cancel Reply

Scroll top