Perjalanan kali ini akan terasa panjang. Biasanya, perjalanan antar propinsi/pulau saya tempuh lewat jalur udara. Namun kali ini saya mencoba lewat jalur darat dengan sepeda motor. Dan touring ini saya jalani hanya berdua saja bersama istri dari Denpasar menuju Malang.

Rasanya kami akan menempuh waktu yang cukup lama. Dengan jarak 400 km, dibutuhkan waktu perjalanan sekitar 9 jam. Tentunya tidak akan kami tempuh hanya dalam satu hari saja, tetapi kami bagi menjadi 4 hari. Jadi, perjalanan dalam sehari cukup sekitar dua setengah jam saja. Santai banget ya.. ?

Well, tujuan utama saya saat itu adalah Gunung Bromo.

Bali, 20 Oktober 2018

Sabtu pagi kami packing barang. Pakaian secukupnya dan laptop agar kami tetap bisa bekerja selama stay di hotel nantinya. Tak lupa kopi Gayo Aceh juga masuk ke dalam ransel.

Sebelum berangkat, saya sempatkan mampir ke bengkel untuk servis motor. Sekitar jam 11, barulah kami berangkat menuju pelabuhan Gilimanuk.

Perjalanan di wilayah barat Bali ternyata bagus juga. Kebun kelapa dan pantai selalu menemani perjalanan kami. Hingga pukul dua siang kami tiba di pelabuhan Gilimanuk.

Setelah mengisi formulir data penumpang dan melakukan pembayaran, kami pun masuk ke dermaga.

Kapal ferry jurusan Gilimanuk – Ketapang PP berangkat tiap jam. Tak menunggu lama, kapal kami pun berangkat.

Pelabuhan Ketapang Banyuwangi
Pelabuhan Ketapang dengan background Gunung Raung

Dalam waktu setengah jam, sampailah kami di Banyuwangi. Rencana kala itu adalah mengejar waktu untuk bisa menonton festival Gandrung Sewu. Namun sayang, kami sampai di homestay sore hari. Setelah menaruh barang di kamar, kami bertanya kepada si ibu pemilik homestay tentang Gandrung Sewu.

“Wah kalau jam segini paling ya udah selesai, mas. Acaranya mulai tadi jam 1 siang” kata beliau.

Oke ya sudah. Sore itu kami habiskan untuk kencan muter-muter Banyuwangi saja. Kemudian makan malam di alun-alun. Dan… harga makanan di Banyuwangi kok murah banget! Atau.. harga di Bali yang kemahalan? Hahaha

Homestay Kampung osing Banyuwangi
Suasana di homestay Kampung Osing Banyuwangi

Oya, ada yang asyik dari homestay di Banyuwangi ini. Suasananya asri, banyak pepohonan, dan sejuk karena lokasinya agak tinggi Berada di daerah yang menuju ke Kawah Ijen, namun tidak jauh dari pusat kota. Ditambah lagi model bangunan yang bertema tradisional karena berada di desa wisata Osing. Bikin nyaman tinggal di sini.

Banyuwangi – Jember, 21 Oktober 2018

Minggu pagi kami jalan-jalan menuju ke arah Kawah Ijen. Nggak masuk sih, karena masih harus lanjut perjalanan ke Malang. Dan siang hari setelah check out, perjalanan menuju barat pun berlanjut.

Tempat transit kami selanjutnya adalah kota Jember. Alias rute yang kami lalui adalah jalur selatan, karena untuk menghindari Pantura yang panas dan berdebu.

Jalur Jawa Timur sisi selatan ini terasa adem. Apalagi di sepanjang hutan Gumitir. Jalanan berkelok dikelilingi pohon-pohon yang tinggi, membuat perjalanan ini sangat menyenangkan. Dan saya rasa, jalur di Gumitir inilah yang paling asyik sejak dari Denpasar menuju Malang.

Sampailah kami di rest area Gumitir. Dan lagi-lagi, makanan di sini harganya murah! Sambil makan kami bisa menikmati sejuknya hutan yang berada di atas bukit ini. Walau sebenarnya akan menjadi menyeramkan ketika malam tiba. Hahaha

Sampailah kami di Jember pukul 3 sore.

Kami istirahat di homestay sampai maghrib. Selepas itu kami muter-muter Jember dan cari makan sampai malam.

Ada yang spesial di homestay ini. Ketika pagi harinya kami sarapan di resto, atmosfernya terasa seperti di Bali. Mungkin karena suara gemericik air kolam yang dibarengi backsound musik ala Bali, ditambah juga ada kain kotak-kotak khas yang biasa kalian lihat di Bali.

Jember – Probolinggo, 22 Oktober 2018

Pukul 10 siang kami lanjut menuju Probolinggo. Dan sampai di sana sekitar pukul 2. Di Probolinggo, kami seharian istirahat di hotel. Keluar hanya ketika makan malam saja.

Malang, 23 Oktober 2018

Hari yang dinantikan akhirnya tiba juga. Sampailah kami di Malang siang itu. Hal yang kami lakukan setelah check-in hotel adalah mencari bakso! Pilihan saat itu jatuh di Bakso Nawak. Ah enak sekali baksonya.. Apalagi saat itu hujan lagi deras-derasnya.

Bakso Nawak Malang
Bakso Nawak Malang

Setelah makan siang, kami kembali ke hotel. Beberes barang, ngopi, dan sedikit kerja.

Malam hari kami habiskan untuk menyusuri jalanan kota Malang. Mencari makan di seputaran kampus Unibraw. Sempat juga nyasar ke kuburan. Hahaha. Kemudian kembali beristirahat dan menyiapkan agenda untuk jalan-jalan esok hari.

Satu hal yang saya rasakan, ternyata Malang tidak sedingin yang saya bayangkan.

Oke, cukup sekian ceritanya di part ini. Perjalanan saya di Malang akan saya lanjutkan di part dua.

Mungkin ada yang bertanya, “Kenapa tidak naik pesawat saja?”

Karena saya ingin mencoba hal baru yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Itung-itung latihan kecil untuk keliling Indonesia nantinya. Dari segi biaya yang kami habiskan untuk transit, rasanya tidak akan jauh berbeda dengan ongkos pesawat untuk dua orang.

Salam aspal geronjal!

 

Hai, saya Nasir, seorang freelance designer yang suka jalan-jalan. Dengan bekerja secara independen di beberapa design marketplace, membuat saya bisa membawa pekerjaan kemanapun saya pergi.

Write A Comment

Scroll top